Seni fotografi adalah perpaduan
antara teknologi dan seni. Berbagai nilai estetika yang tidak tercakup dalam
teknologi fotografi harus diselaraskan dengan proses teknis untuk memberikan
karakter dan keindahan pada hasil visualnya. Seni fotografi bukan sekedar
merupakan rekaman apa adanya dari dunia nyata, tapi menjadi karya seni yang
kompleks dan media gambar yang juga memberi makna dan pesan.
Sejalan dengan perkembangan zaman
dan teknologi, fotografi telah menyebar ke segala penjuru dunia dan merambah
beragam bidang kehidupan. Kini, hampir dapat dipastikan berbagai sisi kehidupan
manusia menjadikan fotografi sebagai alat dan sarana untuk memenuhi
kebutuhannya. Foto selalu menarik untuk dilihat atau diamati. Selain lebih
mudah diingat dibandingkan tulisan, sebuah foto mempunyai nilai dokumentasi
yang tinggi karena mampu merekam sesuatu yang tidak mungkin terulang kembali,
apakah itu tentang cerita pribadi, keluarga, keindahan alam, atau peristiwa
seni budaya. Melalui foto juga, orang bisa terpikat pada suatu objek berita,
produk olahraga, makanan, minuman, sampai hasil industri. Oleh karena itu
lahirlah ungkapan foto mampu berbicara lebih dari seribu kata. Menikmati hasil
foto yang baik (menarik) memang mengasyikkan, akan tetapi untuk menghasilkannya
memerlukan perencanaannya dan konsep yang baik. Setiap orang dapat menjepretkan
kamera dan merekam objek untuk difoto, tatapi tidak jarang foto yang dihasilkan
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sangat disayangkan apabila sebuah momen,
khususnya yang jarang terjadi, difoto seadanya tanpa memperhitungkan segi
teknis dan nilai artistik. Memang tidak dapat disangkal bahwa
peralatan-peralatan dengan presisi dan kualitas yang baik sangat dibutuhkan,
tetapi kreativitas hasil latihan dan pengembangan diri pribadi merupakan salah
satu kunci keberhasilan untuk menghasilkan karya-karya foto yang bernilai.
SEJARAH FOTOGRAFI
Sejarah fotografi
tidak lepas dari penemuan kamera dan film. Dengan penemuan film, gambar dapat
diproduksi, dan proses pencahayaan film tersebut terjadi di dalam kamera.
Fotografi berasal dari istilah Yunani : phos yang berarti cahaya dan graphein
yang berarti menggambar. Istilah tersebut pertama kali oleh Sir John Herschel
pada tahun 1839. Jadi arti kata fotografi adalah menggambar dengan cahaya.
Prinsip kerja yang paling mendasar dari fotografi sudah dikenal sejak
berabad-abad yang lalu. Pada waktu itu telah diketahui bahwa apabila seberkas
cahaya menerobos masuk melalui lubang kecil ke dalam sebuah ruangan yang gelap,
maka pada dinding di hadapannya akan terlihat bayangan dari apa yang ada dimuka
lobang. Hanya saja bayangan yang terlihat dalam keadaan terbalik. Ruangan
seperti inilah yang disebut sebagai camera obscura ( camera : kamar, obscura :
gelap). Dari sinilah lahir istilah Camera. Prinsip ini telah digunakan oleh
ilmuwan Arab Ibnu al Haisan sejak abad ke-10. Lalu pada abad ke-15 Leonardo da
Vinci, mencoba menguraikan kerja kamar gelap ini dengan lebih terperinci.
Perkembangan selanjutnya kamera obscura ini menjadi alat bantu untuk membuat
gambar bagi para seniman di Eropa. Penemuan teknik fotografi dalam satu hal
telah mengurangi daerah gerak seni lukis, karena fotografi yang dengan cepat
dan tepat mampu merekam objek itu menggantikan sebagian fungsi seni lukis yaitu
fungsi dokumentasi dan fungsi penyajian presentasi realistik bagi
objek-objeknya. Pada mulanya kamera ini tidak begitu diminati, karena cahaya
yang masuk amat sedikit, sehingga bayangan yang terbentuk pun samar-samar.
Pengguna-annya terutama masih untuk menggambar benda-benda yang ada di depan
kamera. Penggunaan kamera ini baru populer setelah ditemukannya lensa pada
tahun 1550.
Dengan lensa pada kamera ini, maka cahaya yang masuk ke kamera
dapat diperbanyak, dan gambar dapat dipusatkan, sehingga menggambar menjadi
lebih sempurna. Tahun 1575 kamera portable yang pertama baru dibuat, dan penemuan
kamera ini untuk menggambar makin praktis. Baru tahun 1680 lahir kamera refleks
pertama, namun penggunaannya masih untuk meng- gambar, karena bahan baku untuk
mengabadikan benda-benda yang berada di depan lensa selain dengan menggambar
masih belum ditemukan. Jadi pada zaman tersebut kamera masih dipakai untuk
mempermudah dalam menggambar. Dimana hasil dari kamera tersebut masi belum
dapat direproduksi, karena belum ditemukannya film negatif. Sejarah penemuan
film dimulai ketika orang berusaha untuk dapat mengabadikan benda yang berada
di depan kamera, sudah mulai berkembang sejak abad ke-19, dengan adanya
penemuan penting oleh Joseph Niepce, seorang veteran Perancis. Ia bereksperimen
dengan menggunakan Aspal Bitumen Judea. Dengan pencahayaan 8 jam, ia berhasil
mengabadikan benda yang berada di depan lensa kameranya menjadi sebuah gambar
pada plat yang telah dilapisi bahan kimia tersebut. Namun melalui percobaan ini
masih belum dapat membuat duplikat gambar. Kemudian lahirlah Collodion, bahan
baku fotografi yang diperkenalkan oleh Frederick Scott Archer, dengan
menggunakan kaca sebagai bahan dasarnya. Proses ini adalah proses basah. Bahan
kimia kimia tersebut dilapiskan ke kaca, kemudian langsung dipasang pada kamera
abscura, dan gambar yang dihasilkan menjadi lebih baik. Cara ini banyak dipakai
untuk memotret diseluruh Eropa dan Amerika, sampai ditemukan bahan gelatin dan
ditemukan bahan kimia yang dapat digunakan untuk proses kering.
Tahun 1895,
George Eastman membuat film gulung (roll Film) dengan bahan gelatin, yang
dipakai untuk memotret (mengabadikan citra alam) sampai sekarang.
Penemuan-penemuan tersebut di atas telah mempermudah kita dalam mengabadikan
benda-benda yang berada di depan lensa dan memproduksinya, sehingga para
fotografer, baik amatir maupun profesional dapat menghasilkan suatu karya seni
tinggi, tanpa perlu terhalang oleh teknologi.Dalam era modernisasi fotografi
menampakkan perkembangannya yang cukup besar dengan menampilkan fotografi
digital, merekam gambar dengan sistem perpaduan teknologi komputer yang banyak
dipergunakan sebagai alat penyimpan dokumentasi yang pengertiannya gambar atau
pola, bentuk yang ingin dibuat arsip penyimpanannya melalui proses fotografi
semi digital atau foto digital. Pada foto semi digital proses pemotretan,
gambar masih direkam pada film yang berseluloid, kemudian film yang sudah
merekam gambar diproses dan menghasilkan gambar kemudian diproses lagi melalui
scanner menjadi data digital untuk di simpan dalam disket atau hardisk.
SENI FOTOGRAFI
Apakah Seni itu ?
Pertanyaan klasik
yang selalu dikemukakan oleh banyak orang adalah apakah seni itu. Kebanyakan
dari mereka menjawab secara spontan bahwa seni adalah keindahan. Jawaban
tersebut tidak salah, tetapi tidak juga benar karena dibeberapa karya seni khususnya
seni rupa), keindahan itu tidak mudah ditemukan oleh setiap orang.
Sedangan
definisi seni menurut Achdiat K. Mihardja: “Seni adalah kegiatan rohan manusia
yang merefleksikan realitet (kenyataan) dalam suatu karya yang berkat bentuk
dan isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman tertentu dalam alam
rohani si penerimanya”. Disamping untuk membangkitkan pengalaman tertentu, seni
juga mempunyai sifat komunikatif, menurut Taufik Abdullah dalam tulisannya
mengenai komunikasi ilmu dan seni, mengatakan bahwa seni itu adalah satu dari
berbagai cara untuk melukiskan dan mengkomunikasikan. Seni baru bisa mempunyai
makna atau dapat diresapkan jika pada dirinya terkandung kekuatan pesan yang
komunikatif dan seni yang tidak komunikatif sama sekali tidak bisa dikatakan
indah.
Dari pernyataan ini bisa dikatakan bahwa seni adalah media penyampaian
pesan dari seniman kepada orang lain dengan tujuan mempengaruhi pikirannya.
Berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Thomas Munro, fotografi dapat
dimasukkan sebagai cabang seni rupa (visual Art), seni yang hanya bisa
dirasakan melalui indera penglihatan manusia. Jadi seni fotografi bisa
dikatakan sebagai kegiatan penyampaian pesan secara visual dari pengalama yang
dimiliki seniman / fotografer kepada orang lain dengan tujuan orang lain
mengikuti jalan pikirannya. Supaya tercapai proses penyampaian pesan ini maka
harus melalui beberapa persyaratan komunikasi yang baik, yaitu konsep AIDA
(Attention–Interest-Desire-Action) atau Perhatian – Ketertarikan – Keinginan –
Tindakan.
Syarat pertama
adalah harus menimbulkan perhatian (attention). Sebuah karya foto pertama-tama
harus mampu mendapatkan perhatian orang untuk melihatnya. Tanpa proses ini,
sebuah pesan dari karya foto juga karya seni lainnya akan berhenti disitu saja.
Kemudian setelah mampu mendapat perhatian orang maka karya foto harus mampu
menimbulkan ketertarikan (interest) terhadap pesan yang akan disampaikan.
Setelah orang tertarik pada karya foto yang dibuat, maka dari situ proses tetap
berlangsung dengan timbulnya keinginan (desire) untuk mengetahui lebih jauh
pesan yang disampaikan.
Proses terakhir adalah dengan timbulnya tindakan
(action) seperti yang diharapkan oleh seniman/fotografer sesuai pesan yang
disampaikannya. Jika proses terakhir ini berhasil, maka berhasil pulalah
penyampaian pesan mengenai pengalaman yang dimiliki seniman/fotografer pada
orang lain dengan adanya tindakan nyata yang dilakukan. Tindakan-tindakan itu
bisa beraneka macam tergantung pesan apa yang disampaikan. Bisa menimbulkan
perasaan tertentu (sedih, gembira, marah, takut, terharu, dal lain-lain) hingga
tindakan yang nyata. Misalnya : membeli produk yang tercantumpada foto (pada
commercial photography), memberikan bantuan kepada orang yang tertimpa
musibah/kesusahan (pada photojournalism, human interest) menimbulkan rasa kagum
bahkan cinta, dan lain sebagainya.
Fotografi menampilkan kenyataan (realita)
dan tidak ada unsur abstrak (dalam seni fotografi). Suatu kenyataan bahwa
pembuatan seni fotografi dengan kamera berarti membatasi subyek dengan batas
format pada jendela pengamat. Hal ini menjadikan seni fotografi lebih jujur
daripada seni lainnya karena merekam seperti memfotocopy subyek yang ada di
depannya. Subyek foto mencakup banyak hal dan tidak terbatas, mulai dari
pemotretan manusia, alam semesta, arsitektur, sampai dengan mikroorganisme.
Memang, banyak seniman foto yang berusaha membuat foto dengan film khusus,
seperti film infra merah supaya subyeknya terlihat lebih abstrak. Namun, subyek
dengan warna yang tidak seperti kenyataan tetap merupakan bukti dan bukanlah
khayalan. Pembuatan foto perlu perencanaan dan pengenalan subyek yang dapat
dilakukan dengan cara mendatangi satu tempat berkali-kali atau mendalami suatu
tema foto.
FOTO HITAM PUTIH DAN FOTO BERWARNA
Fotografi hitam
putih dan fotografi berwarna adalah dua hal yang berbeda namun berdiri sejajar.
Dalam era kemajuan teknologi fotografi yang begitu pesatnya ini bukan berarti
bahwa masih hadirnya foto hitam putih merupakan foto yang ketinggalan zaman.
Selain masih diperlukan dilingkungan media informasi cetak, misalnyakoran,
majalah ataupun buku-buku. Fotografi berwarna bukanlah semata-mata modernisasi
dari fotografi hitam putih. Demikian pula fotografi hitam putih bukanlah
merupakan penyederhanaan fotografi berwarna. Fotografi warna dan fotografi
hitam putih telah berjalan sendiri-sendiri menjadi dua aliran dalam seni
fotografi, dengan pengikutnya masing-masing. Ini dapat dibuktikan pabrik
perlengkapan fotografi ILFORD di Inggris menyebut dirinya spesialis foto hitam putih.bahkan
pabrik tersebut memiliki slogan “Ilford, The Future in Black and White" (
Ilford, Masa Depan untuk Foto Hitam Putih) Foto hitam putih adalah foto yang
sangat sederhana, sehingga jika tidak diolah secara kreatif tidak akan
menghasilkan apa-apa. Karena hampir semua subyek yang ada di depan fotografer
adalah mengandung warna yang beraneka ragam atau berwarna, maka seorang
fotografer hitam putih dituntut mampu menterjemahkan warna-warna yang terdapat
dalam subyeknya ke dalam gradasi hitam putih.
Terlepas dari foto warna ataupun
hitam putih, pada prinsipnya adalah sama dalam hal proses penciptaanya.
Secanggih apapun perangkat fotografi yang digunakan, mutu
hasilnya sangat tergantung pada tujuan, fungsi, naluri, dan
tingkat kreativitas fotografernya.
Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah
kemampuan yang efektif untuk mencipta yang akan melahirkan sesuatu yang baru.
Dapat dikatakan juga, kreativitas adalah daya dan upaya dari akal budi untuk
menciptakan sesuatu yang lain atau berbeda dari pada yang lainnya, dari yang
kurang baik menjadi lebih baik, dari yang belum pernah ada menjadi sesuatu yang
nyata, menarik, dapat dinikmati, dan bermanfaat. Imajinasi sebagai penggerak
kreativitas, semula dapat dimunculkan dari pengalaman diri pribadi, fantasi ataupun
asosiasinya yang selanjutnya dapat dikembangkan dan diterbarkan secara luas
dengan cara: mengkorelasikan dengan alam yang terbentang luas serta isinya,
cinta kepada sesama, cinta yang specifik, kondisi ekonomi, situasi politik,
hukum ataupun dengan ide dan bentuk karya dari seni yang lain. Pada dasarnya
potensi kreatif sebagai self-concept perlu dan harus dikembangkan setiap saat
dengan membuka dan menjajahi pengalaman-pengalaman kreatif yang baru (up to
date) dalam bidang apapun juga. Hal ini mengingat sekaligus menandakan bahwa
setiap seniman pasti mempunyasi kreativ itas-kreativitas yang umum dan
sekaligus yang spesifik.
Utami Munandar ( 1992 ) dalam uraiannya tentang kreativitas
menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan yaitu :
1. Kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasar data
informasi dan unsur-unsur yang ada.
2. Kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban atas suatu
masalah yang penekanannya pada kuantitas kegunaan dan keragaman jawaban.
3. Kemampuan operasional yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan, originalitas dalam berfikir serta kemampuan, kengembangkan,
memerinci suatu gagasan.
Definisi kreativitas
mnurut Sternberg tentang pentingnya aspek pribadi dalam: “tre fecet model of
creativity”, yaitu kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga
atribut psikologis, intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi.
Secara bersamaan ketiga segi dalam alam pikiran ini membantu memahami apa yang
melatar belakangi individu yang kreatif”. Seorang psikolog humanistik Biondi mengemukakan
sebagai berikut : Man has an imagination which must be used and enjoyed in
order for him to experience the complete fulfillment of life.
Dengan mencipta
manusia mengalami kepuasan yang tiada taranya karena sekaligus merupakan
perwujudan dirinya, aktualisasi dari potensi-potensi kreatif-nya yang pada
hakekatnya ada pada setiap manusia, walaupun tidak disadari oleh semuanya.
Apabila membahas kreativitas yang berkaitan dengan seni, maka kita tidak bisa
meninggalkan kemampuan dari senimannya, karena seorang seniman memiliki ide,
kreasi dan kemampuan teknis dalam mewujudkan gagasan atau dalam mengekspresikan
pengalaman dan gejolak jiwanya. Kreativitas dalam diri seseorang seniman adalah
ruang kebebasan dalam berolah pikir untuk berekspresi dalam merefleksikan
pengalaman dan rangsangan dari lingkungannya. Seorang seniman dituntut kepekaan
naluri, dan kemampuan mengolah pengalaman-pengalamannya yang unik dan menarik
untuk diekspresikan menjadi sebuah karya yang original dan mampu menjadikan
pengalaman baru yang unik dan estetik bagi orang lain.
Menurut pendapat Soedarso yang termasuk dalam pengertian
kreatif adalah kualitas dari:
A. Sensitivitas adalah kepekaan terhadap setiap rangsangan
yang datang dari luar, baik kepekaan terhadap kesedihan yang dirasakan oran
lain, maupun kepekaan terhadap kombinasi warna atau susunan bentuk yang menarik
ataupun hal-hal yang khas yang ada disekitarnya. Dengan kepekaan seperti ini
maka jiwa akan menjadi kaya oleh berbagai pengalaman yang masuk dan kekayaan
tersebut akan selalu siap untuk
diekspresikan.
B. Kelancaran atau fluency : yaitu kelancaran untuk
menentukan kata-kata atau warna tertentu yang sesuai dengan ide yang akan
diekspresikannya, kelancaran idesional untuk berpikir dengan cepat dan tepat,
kelancaran mengasosiasikan sesuatu dengan yang lain, dan kelancaran
ekspresional yang berarti kemampuan untuk menemukan dengan cepat jalan yang
paling sesuai dengan ekspresinya.
C. Fleksibilitas : yakni kemampuan untuk mengadaptasi situasi
yang baru. Manusia mampu menyesuaikan dirinya dengan berbagai situasi baik
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kawan baru, tetangga baru, atau
kondisi iklim pada daerah tertentu, misalnya dari hidup di daerah tropis ke
hidup di daerah dingin.
D. Originalitas ialah kemampuan untuk mengemukakan jawaban
atau solusi yang khas terhadap pertanyaan atau masalah yang ada. Pribadi yang
memiliki originalitas adalah pribadi yang tidak tergantung pada ide-ide orang
lain, jujur pada dirinya sendiri dan pada proses kreativitasnya.
E. Kemampuan untuk menentukan dan mengatur kembali.
F. Kemampuan untuk menangkap adanya hubungan antara beberapa
hal atau masalah dalam suatu jalinan tertentu.
G. Elaborasi : ialah kemampuan untuk mengembangkan suatu ide
dengan detail/bagianbagiannya. Seorang yang kreatif akan mampu dengan baik
membuat lukisannya ( baik secara verbal maupun dengan gambar) tentang misalnya,
sesuatu adegan. Tidak ada satu bagianpun yang terlepas dari perhatiannya. Beberapa
pandangan di atas menunjuk pada suatu kenyataan bahwa krea-tivitas pada intinya
adalah merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan suatu yang baru baik
berupa gagasan ataupun karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi
dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa
yang telah ada sebelumnya.
Fotografi Digital Dalam Kreativitas
Kamera digital
pertama diproduksi oleh Kodak yaitu DCS 100 (Digital Camera System 100)
yangditempelkan pada punggung Nikon F-3 sehingga gambar yang biasa ditangkap
oleh film, ditangkap oleh keping CCD (Camera Censor Digital). Perbedaan paling
mencolok antara kamera digital dengan kamera konvensional adalah pada kamera
digital tidak ada lagi pemakaian film sebagai penangkap gambar. Proses
fotografi telah mengalami perubahan dengan tidak adanya proses kimiawi dalam
pencetakan foto. Kalau pada teknologi sebelumnya, untuk mendapatkan hasil foto
kita harus mencuci film tersebut baru kemudian mencetaknya. Fotografi digital
gambar yang didapatkan sudah langsung menjadi sebuah file komputer yang siap
diolah. Penemuan kamera digital ini didukung oleh perkembangan software
komputer pengolahan gambar.
Adanya teknologi ini memungkinkan fotografer
melakukan eksplorasi, eksperimen fotografi secara luas dan menjadikan seni
fotografi menemukan aliran baru. Teknik montage/penggabungan gambar bisa
dilakukan dengan cepat, tepat, murah. Pada perkembangan fotografi digital
diperkirakan akan menjadi faforit pada seni fotografi pada masa mendatang
karena keluasan teknik yang ditawarkan. Fotografi digital hanyalah sebuah
temuan yang memudahkan untuk menyempurnakan dan memanipulasi sebuah foto. Namun
bagaimana ia dipakai sepenuhnya, tergantung kreativitas manusia yang
mengolahnya. Pada dasarnya apa yang ada dalam karya fotografi mampu diolah dengan data-data komputer dan
mampu menyamai kemampuan secara visual. Pekerjaan komputer hanya perpanjangan
tangan, sedang data-data objek tergantung pada prasarana kamera dan kemampuan
fotografer. Memang terasa begitu besar peranan kreativitas dalam era fotografi
yang didukung oleh perkembangan teknologi kamera.
KREATIVITAS DALAM FOTOGRAFI
Dalam proses
berkaya seni fotografi atau proses visualisasi karya adalah menghidupkan dan
memberi jiwa pada karya foto. Seperti halnya dengan seniman seni rupa lainnya,
fotografer bekerja menggunakan otak dan hatinya yaitu segala tindakan yang
dilakukan, terutama dalam proses pengambilan obyek, ia akan mengetahui
hasilyang akan diperoleh sehingga melakukan tindakan-tindakan yang berguna untuk
mendukung ide dan gagasannya. Pada dasarnya masalah fotografi adalah masalah
yang cukup kompleks karena menyangkut berbagai macam aspek, diantaranya :
1. Kamera, perangkat atau alat pemotretan dari yang paling
sederhana sampai pada yang bertekologi canggih. Kamera adalah alat untuk
merekam gambar pada permukaan film. Sebagai alat perekam optis, kamera mampu
merekam apa yang terlihat oleh lensa. Seorang fotografer dituntut mampu
menguasai memahami peralatan yang dipergunakan, sampai pada karakteristik dan
tingkat kemampuannya. Kamera mempunyai komponen bermacam-macam yang akan
menentukan hasil bidikan seorang fotografer. Alat kontrol penting pada kamera :
fokus, kecepatan rana (shutter), dan diafragma karena dari alat kontral inilah,
hasil sebuah foto ditentukan.
2. Pencahayaan merupakan unsur dari dasar fotografi. Tanpa
pencahayaan yang optimal, suatu foto tidak dapat menjadi sebuah karya yang
baik. Pengetahuan tentang pencahayaan mutlak harus diketahui oleh seorang
fotografer. Cara mempelajari penguasaan pencahayaan adalah dengan melatih mata
untuk lebih peka terhadap cahaya yang muncul.
3. Penempatan subyek utama dalam gambar sangat penting untuk
mendapatkan komposisi yang baik. Komposisi dapat digolongkan kedalam beberapa
bentuk, yaitu komposisi grafik, dimana unsur-unsur garis dapat membentuk
kotak-kotak, bulatan, segi tiga dan lain-lain. Ada komposisi tradisional
mempunyai watak yang klasik, komposisi Bali seperti pada lukusan-lukisan Bali.
Komposisi modern adalah penampilan yang serba ingin tahu, mencoba sesuatu yang
belum pernah ditampilkan, keluar dari aturan yang konvensional dan lain
sebagainya.16 Patung dan monumen dapat ditempatkan di pusat gambar, tetapi pada
umumnya komposisi yang lebih menarik dihasilkan jika subyek utama ditempatkan
tidak di pusat gambar.
4. Kamar Gelap, adalah tempat akhir untuk proses fotografi.
Kamar gelap dapat dilakukan trick atau manipulasi dari hasil pemotretan seorang
fotografer, sehingga hasil fotonya akan berbeda dengan obyek yang sebenarnya.
Didalam kamar gelap inilah proses pencetakan/ montase, distorsi dengan jalan
pengaturan posisi kertas dilakukan.
5. Aspek pesan menjadi sebuah pengalaman baru yang unik
menarik dan estetik bagi orang lain yang menikmatinya. Seorang fotografer harus
dapat mengkomunikasikan pesan atau pengalaman batinnya yang estetis melalui
hasil bidikan kame-ranya kepada orang lain.
6. Aspek presentasi memegang peranan dalam penataan komponen
subyek artinya penguasaan komposisi dan unsur disain harus difahami benar oleh
fotografer, sehingga dapat ditampilkan dengan baik.
7. Pemakaian filter. Filter adalah suatu sistem optis
pembantu yang biasanya dipasang di depan lensa dan dapat memodifikasi gambar
asli di saat pemotretan. Beberapa jenis filter dapat me ngubah warna-warni atau
bayanagn, sedangkan yang lainnya dapat menciptakan efek fisik baru pada bidang
pada bidang gambarnya. Namun, sebuah filter dapat juga berupa suatu media
tembus pandang atau memantul, seperti sebuah cermin tua atau suatu pecahan kaca
dari wadah abu rorok. Pemakaian filter atau saringan sinar mempunyai maksud
yang berbeda-beda.
8. Pemotretan Gerak dapat diabadikan dengan menggunakan
lampu kilat atau rana dengan kecepatan tinggi. Namun efek bergerak bukan hanya
muncul karana sebuah gambar tampil dengan tajam. Ada, kalanya, gambar yang
ringan yang akan anda tampilkan harus tampil blur untuk memberikan kesan gerak.
Ada teknik blurring, teknik panning shot, teknik freezing dan teknik zooming.
Panning dalam More Joy of Photography adalah “Moving a camera to photograph a
moving object while keeping the image of the object in the same relative
position in the viewfinder”.
9. Kreativitas fotografi sebagai pengarah gaya. Salah satu
kiat mendapatkan hasil pemotretan yang baik seperti yang dikehendaki orang yang
dipotret adalah adanya kerja sama antara fotografer dengan orang yang dipotret.
Kerja sama yang dimaksud adalah dalam hal pemberian informasi. Orang yang
dipotret wajib memberitahu maksud dan tujuan diadakannya pemotretan agar
fotografer mengetahui tugas yang dibebankan kepadanya. Sebaliknya, pemotret
berhak mengarahkan orang yang akan dipotret. Dengan kerja sama demikian,
diharapkan diperoleh hasil pemotretan sempurna, seperti yang dikehendaski kedua
pihak.18 Dalam melakukan pemotretan, salah satu hal yang harus dilakukan
fotografer adalah mengarahkan gaya orang yang dipotret. Apakah gaya dan posisi
tubuh seseorang sudah baik dan menunjang komposisi gambar atau perlu diubah.
Dari beberapa aspek diatas merupakan sebagai contoh yang harus disikapi oleh
fotografer yang profesional, dengan tidak membedakan jenis atau fungsi
fotografi pada umumnya. Seorang fotografer tidak hanya mampu
mengo-perasionalkan alat saja, tetapi dia adalah seorang pencipta gambar yang
menarik dan mengandung nilai estetik yang dapat memuaskan orang lain yang melihatnya.
Dengan menggunakan madia cahaya pengalaman baru/sesuatu yang baru akan dapat
diekspresikan dan dinikmati.
SIMPULAN
Dunia fotografi
adalah dunia kreativitas tanpa batas. Beragam karya foto dapat dihasilkan
dengan berkreasi, tidak ada yang dapat membatasinya. Sejauh keinginan untuk
berkreasi, seluas itu pula lautan karya yang bisa dihasilkan. Kreativitas yang
dimaksud menyangkut segala aspek dan proses pem-buatan foto, mulai dari
pemilihan peralatan yang dipakai, kejelian menentukan obyek pemotretan sampai
proses pencetakan foto. Kejelian menentukan obyek sangat berpengaruh pada foto
yang akan dihasilkan Mata seorang fotografer yang terlatih mampu menangkap
berbagai macam keindahan dimana saja, bahkan pada obyek-obyek yang mudah
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa kemampuan Teknis fotografi yang
baik, sebuah obyek yang sangat menarik bisa jadi akan tampil biasa atau tidak
menarik sama sekali. Kemampuan teknis memang diperlukan sebab terkadang suatu
obyek menjadi hilang keistimewaannya saat dibidik dengan mengandalkan
kecerdasan kamera saja. Sebaliknya, obyek yang sangat biasa akan menjadi
terlihat istimewa ketika ditampilkan dalam nuansa ektreme. Memanfaatkan sarana
pendukung seperti filter, tripod, dan perlengkapan pendukung lainnya secara tepat
bisa lebih memantapkan aktualisasi kreativitas fotografer. Memang terasa begitu
besar peranan kreativitas dalam era fotografi yang didukung perkembangan
teknologi kamera. Apalagi jika sudah memanfaatkan fotografi digital untuk
menyederhanaan proses teknis fotografi sehingga fotografer bisa lebih
berkonsentrasi untuk berkarya. Keunggulan kreatif akan semakin menunjukkan
perannya dalam dunia fotografi. Berbagai titik kreatif memang bisa dipelajari,
tetapi untuk menjadi fotografer kreatif harus banyak mencoba, belajar dari
kesalahan, dan terus berkarya. Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru
yang paling berharga.
Semoga bermanfaat.
SUMBER : Yekti Herlina Dosen Jurusan Seni Rupa Sekolah
Tinggi Kesenian Wilwatikta dan Dosen Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni dan
Desain - Universitas Kristen Petra